Kamis, 02 Mei 2013

Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Provokasi SARA


Saya sebagai penikmat & pemakai media internet sangat menikmati manfaat & kemudahan-kemudahan yang saya dapat dari media online ini. Tak bisa dipungkiri lagi, sekarang internet adalah media informasi & komunilasi dengan pengguna terbesar diseluruh dunia. Semua kebutuhan akan informasi dari A sampai Z dapat kita temukan melalui internet secara gratis.

Dan pada 8 tahun terakhir ini sangatlah ramai bermunculan jejaring sosial baru. mulai dari friendster sampai dengan twitter. Dan dalam perjalananya media sosial ini beralih fungsi. Media yang seharusnya dijadikan sebagai sarana berkomunikasi atau menjalin pertemanan, sekarang telah menjadi media untuk berkeluh kesah soal masalah pribadi, media untuk pamer, & yang paling mengkhawatirkan sekarang bahkan menjadi media untuk memprovokasi. Banyak oknum-oknum yang mendaftar ke media sosial dengan menggunakan identitas palsu, dan kemudian membuat postingan yang bermuatan SARA. Yang dengan berani menyinggung agama, ras, & politik. Dengan kalimat yg berani dan sangat melukai pihak yang bersangkutan.

Saya selaku penikmat media internet sangatlah cemas dengan keadaan ini, banyak pihak tak bertanggung jawab yang dapat dengan mudah mengunggah informasi/berita bermuatan SARA. Sedangkan media penyaring konten/isi internet masih sangat minim. Dan yang lebih parah lagi, banyak pihak yang terbawa emosi setelah membaca berita provo
katif tersebut. Sehingga banyak kita jumpai berita yang penuh dengan komentar debat yang tak pernah berakhir. Dimana sang provokator & sang komentator sama-sama menjadi pihak yang tak mau kalah. Hal yang sangat mencemaskan dapat memecah keharmonisan antar umat agama, suku, ras, & budaya.

Pengguna Internet "Gunakan Akalmu Sehatmu"
Dalam menghadapi media, khususnya media online, sebaiknya gunakan akal sehatmu. Diri kita sendiri yang berhak menentukan tujuan kita, bukan media. Namun kita masih berharap, semua pengguna media sosial masih mempunyai nurani dalam mempublish sebuah berita, dan pertimbangkan juga dampaknya, karena bukan hanya orang berakal sehat yang membacanya, namun sebagian yang kurang sehat akal pun membaca. Disinilah mereka terprovokasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar